Jerman yang dikenal sebagai negara
modern dengan industri yang unggul ternyata menyimpan sisi mistis. Yuk siapin
cemilan sambil kita mulai ceritanya..
"The Pied Piper from Hamelin"
(Peniup Seruling dari Hamelin)
Sumber cerita: ancient-origins.net
Kisah ini terjadi sekitar 700 tahun
lalu tepatnya tahun 1284 di kota
Hamelin. Kisah sang peniup seruling dikenal sebagai dongeng anak-anak. Tapi
kisah mengerikan ini tercatat dalam sejarah kota Hamelin dan berdasarkan sebuah
kejadian nyata. Kisah ini memiliki hikmah mengenai pentingnya menepati sebuah
janji.
Pada tahun 1284, warga kota Hamelin
mengalami wabah hama tikus. Saat warga sedang kesusahan akibat serbuan
tikus-tikus yang memakan tanaman dan hasil lahan, datanglah seorang pemusik
peniup seruling dengan kostum baju warna-warni. Pemusik ini mengaku bisa
membantu warga menghilangkan wabah hama tikus dengan imbalan biaya sejumlah
uang. Warga kota pun setuju dengan jumlah biaya yang ditawarkan pemusik ini dan
berjanji akan membayar uangnya setelah masalah hama berhasil dituntaskan.
Baca juga : Pengalaman Mencekam di MRT Orchard Singapore
Sang pemusik pun mulai bekerja.
Dengan meniup serulingnya, ia memainkan musik ajaib yang membuat tikus-tikus
keluar dan mengikuti langkah kaki si pemusik dan tidak kembali lagi ke kota
tersebut. Warga pun lega karena masalah hama tikus telah teratasi. Ketika
pemusik tersebut kembali ke kota untuk meminta pembayaran, timbul niat jahat
warga untuk bersikap curang dan mengingkari janji mereka untuk membayar. Peniup
seruling pun kecewa dan merasa ditipu, dengan marah ia bersumpah akan kembali
untuk membalas dendam kepada warga kota tersebut.
Pada tanggal 26 Juli 1284, sang
pemusik pun kembali ke kota Hamelin dan meniup serulingnya. Musik yang mengalun
dari serulingnya membuat seluruh anak kecil di kota tersebut keluar dari
rumah-rumah dan mengikuti arah irama lagu. Anak-anak kecil ini pun bagai
terhipnotis berbaris mengikuti sang pemusik tanpa ada yang bisa mencegahnya.
Menurut catatan, seluruh anak kecil pergi mengikuti si pemusik dan tak pernah
kembali lagi, hanya ada tiga anak yang tersisa yaitu anak-anak tuna rungu.
Baca juga : Hotel Angker di Tepi Pantai Part 1
Kemanakah anak-anak malang itu
pergi? Hanya si peniup seruling misterius yang tahu. Sebuah tulisan karya
Robert Browning menggambarkan kejadian mengerikan tersebut..
saat mereka berjalan ke sisi
pegunungan
sebuah portal ajaib terbuka lebar
seakan-akan ada gua yang mendadak
tercipta
sang pemusik pun masuk dan satu per
satu anak-anak mengikutinya
saat anak terakhir masuk ke dalam
pintu di sisi gunungpun tertutup
dengan cepat
Robert Browning, "The Pied
Piper of Hamelin"
Kisah ini begitu membekas bagi
warga kota Hamelin, sehingga didirikan patung sang peniup seruling misterius
untuk memperingati peristiwa tragis tersebut dan hikmah di baliknya yaitu
jangan sekali-kali melanggar janji. Jika kalian berkunjung ke kota Hamelin,
maka kalian bisa melihat patung sang peniup seruling di sana. SEKIAN
Baca juga : Hotel Angker di Tepi Pantai Part 2
No comments:
Post a Comment