Sunday, June 7, 2020

Cerita Horror - Room Service



Diceritakan oleh Beni.
Namaku Beni, pekerjaan ku adalah seorang Chef. Ini pengalaman ku saat bekerja di sebuah  hotel bintang 5 di sebuah kawasan pariwisata.Untuk lokasi dan tempat aku rahasiakan.
Kisah ini terjadi saat aku masih belum lama bergabung sebagai staf juru masak (Chef) di hotel tersebut. Setelah menjalani masa probation, aku pun dipanggil oleh atasan  yaitu sebut saja Pak Jon untuk bertugas di shift malam. “Mulai bulan ini kamu saya tempatkan di jadwal shift malam..dan  menangani Room service malam. Kamu start 2 hari lagi. Bagaimana?” tanyanya..
Aku pun menjawab “Siap pak”. Yah lumayan juga ganti suasana dari jadwal pagi seperti biasanya. Enak jugaaku juga bisa bangun agak siang kan. Aku pun dengan bersemangat mengiyakan permintaannya.


2 hari kemudian, aku bersiap-siap berangkat untuk shift malam yaitu  jam 00.00-07.00 pagi. Jam 12 malam teng....biasanya disebut dengan jam ngalong. Untuk team malam aku akan didampingi Fajar staf kitchen, Anto sang operator dan roomboy bernama Edo.

Sesampainya di kitchen aku melihat Fajar sudah standby sambil chatting di HP. “Kenalan dulu Bang, saya Fajar”, sapanya ramah. “Anak pagi ya?” tanyanya. Aku pun mengangguk. “Beni, anak pagi..” jawabku sambil mengulurkan tangan. Fajar pun tertawa..”Haha resmi amat bang..”, dan kami pun ngobrol sejenak sambil mempersiapkan area dapur.
“Jar biasanya malam-malam gini orang pesan apa sih?”, tanyaku penasaran. “Biasanya sih tamu lokal pesen nasi goreng, sate,sop buntut atau mie rebus..itu yang sering dipesen..kalo tamu bule ya soup dan salad..kadang steak..atau French fries..begitulah”, jelas Fajar.


Tak lama kemudian ada bunyi telepon masuk di extension kami, Fajar dengan sigap mengangkat “Oke siap”, begitu jawabnya. “Dari Anto..operator..ada orderan room service kamar 315 ..pesen chicken cream soup dan sirloin steak masing-masing 1,”jelas Fajar.
“Oke siap”, jawabku sambil mulai bergerak menyiapkan bahan-bahan dan memasak. “Nanti diambil si Edo roomboynya,” jelas Fajar. Aku pun sigap menyiapkan cream soup dan Fajar mulai mengerjakan  steak.

“Enak juga kayaknya malem ..yang mesen dikit,” sambungku. Fajar menjawab “iya malem emang lebih selow bang.” Tak lama kemudian masakan siap dan Edo telah tiba di kitchen u ntuk mengambil pesanan agar bisa dikirim ke kamar si tamu. “Asik nih bakal dapet tips gede dia..”goda Fajar. “Tenang bro..nanti seperti biasa…bagi rata..” tawa Edo.
Aku pun mulai merasa nyaman dengan suasana shift malam. Lebih santai dan teamnya pun kompak.


Setelah mengerjakan pesanan tadi kami pun santai sambil nonton TV di depan ruangan dapur. “Bikin kopi yuk ,” ajak Fajar. “Yah katanya mau ngebeer”, canda Edo. Tiba-tiba telepon bordering. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
“Kalo jam segini biasanya orang pesen apa?” tanyaku pada Fajar. Dia pun menjawab “Biasanya makanan ringan sih kadang kentang goreng atau sandwich,” aku pun mengangkat telepon dari Anto. “Orderan untuk kamar 511 ya..menunya 1 nasi goreng, 2 orange juice dan 1 chicken steak,” jelas Anto.  Aku pun bergegas menyiapkan chicken steak dan kali ini gantian Fajar yang menggoreng nasi dan menyiapkan juice.

Tak lama kemudian Edo pun datang mengambil makanan yang sudah siap dikirim. Aku pun melanjutkan membersihkan peralatan setelah itu  ngopi dan duduk di sofa dekat restoran hotel bersama Fajar,”Bener  jadi mo ngebeer?” tanyaku iseng. Fajar tertawa. Suasana malam yang sepi mejelang jam 3 pagi dan kami pun larut dalam obrolan.


Sekitar 40 menit kemudian Edo datang dengan wajah pucat dan membawa hidangan yang sudah kami buat. “Kenapa bro?” Tanya Fajar. Edo pun bercerita bahwa saat tiba di depan kamar, Edo memencet bel sambil meyebut “Room service”. Dari dalam kamar terdengar ada suara orang menjawab “ya” suara itu suara seorang wanita.

Lalu terdengar suara langkah kaki berjalan menuju ke arah pintu. Namun pintu kamar tak kunjung dibukakan. Edo menunggu, mungkin tamu tersebut sedang siap-siap atau ke toilet sebentar. Edo ingin memencet bel lagi tapi kuatir dianggap tidak sopan. Ia pun memilih menunggu si tamu bersiap-siap. 15 menit telah berlalu dan tak ada tanda-tanda pintu dibuka.  Edo akhirnya memencet bel lagi. Kembali terdengar suara langkah kaki. 


Tapi pintu tak dibuka. Edo menunggu lagi 10 menit kemudian mengontak Anto lewat HT “Order room servicenya kamar 511 kan? Harap dikonfirmasi karena sudah ditunggu 25 menit tamu tak membuka pintu. Tadi ada jawaban setelah dibel, tapi tamu gak membuka pintu bisa dicek security? Kuatir  tamu sakit,” jelas Edo. Anto  pun menjawab “Oke pak Eri kesana sekarang,”. Pak Eri adalah security shift malam yang akan mengecek kamar tersebut.
Sambil menunggu pak Eri datang, entah kenapa Edo mendadak merasa merinding. Seperti ada hembusan angin dingin menerpanya. Lalu terdengar musik klasik bersuara pelan dari arah kamar tersebut..mungkin ringtone handphone, pikir Edo. Untunglah tak lama kemudian, pak Eri pun datang dan memencet bel pintu..kali ini terdengar sunyi. “Tadi orangnya jawab kok pak..bilang iya..gitu,”jelas Edo. “Mending dicek dibuka aja pak takutnya tamunya  sakit atau pingsan,” himbaunya.


“Mari kita ke front office,” ajak pak Eri. Edo dan pak Eri pun bergegas kesana. Setelah dicek data kamar oleh Front Office, ternyata kondisi kamar kosong sudah 1 minggu. Kamar tersebut memang jarang disewakan, jelas staf Front Office yang bertugas. Wajah pak Eri langsung paham, pasti kamar ini termasuk kamar yang angker. Tapi Edo masih ngotot “Nggak mungkin pak ..tadi orangnya jawab kok..suara perempuan,” Front Office pun memberikan kunci duplikat untuk mengecek.

Edo dan pak Eri akhirnya kembali lagi ke sana dan membuka kamar dengan kunci duplikat. Saat dibuka, kondisi kamar kosong dan bersih. Tidak ada siapa-siapa. Kasurnya rapi sempurna sesuai standar bintang 5 tidak ada kerutan maupun lipatan yang kusut. Edo mendadak pusing dan menggigil. Mereka pun bergegas keluar. Kejadian hari ini membuat Edo shock dan malam itu kasus ini dibahas di front office dan operator. Edo menghubungi Anto sang operator lewat HT “Kamar 511 ternyata kosong! Tadi yang nelpon laki apa perempuan?” Anto pun menjawab kaget “Astagfirullah..jadi tadi..gua ngomong sama demit? Tadi suara perempuan Do yang mesen..”  Edo pun bergegas ke dapur menceritakannya pada ku dan Fajar.


“Kapok ..aku ngga mau shift malam lagi,” ujar Edo. “Dia mau isengin kamu kali,” canda Fajar. “Udah ah, kita istirahat aja dulu siap-siap pulang bentar lagi,” potong Edo.
Keesokan harinya, seorang rekan senior yang mendengar cerita ku pun berkomentar, “Itu kalo ngga salah kamar legend…anak-anak malem angkatan lama biasanya udah pada tau..,” ujar seniorku. Aku pun penasaran bertanya, ada kejadian apa sebenarnya.. dan seniorku bercerita kalau beberapa tahun lalu sempat ada seorang wanita menginap di kamar tersebut dan meninggal di sana akibat sakit.. sejak saat itu kamar tersebut sering bermasalah dan dikeluhkan tamu sehingga jarang digunakan alias selalu kosong.

Aku pun sempat hilang semangat dengan shift malam, namun aku sadar di tempat manapun kita bekerja pasti tempat itu memiliki sebuah sejarah dan tragedi tersendiri yang dapat menjadi pemicu kejadian-kejadian mistis di sana. Oya, akhirnya aku  putuskan untuk tetap mengambil jadwal shift malam sesekali, begitu juga Fajar. Kabar  terakhir yang kudengar Edo tidak pernah mau mengisi jadwal shift malam lagi.  Demikianlah ceritaku bekerja shift malam di sebuah hotel. SEKIAN

Dengarkan Podcast Horror cerita ini : Podcast Horror-Room Service

No comments:

Post a Comment